PETA di Blitar angkat senjata
penderitaan rakyat sangat berat. tidak ada pemerintahan jepang yang memikirkan hidup rakyat. jepang hanya memikirkan kemnangan perang, dan mempertahankan Indonesia dari sekutu. Namun justru rakyat yang di korbankan.penderitaan ini mulai terlintas di benak Supriyadi seorang shodanco PETA yang akhirnya timbul kesadaran melawan jepang.
Fransiskus Xaverius Suprijadi |
Sebagai komando PETA, Supriyadi cukup memahami bagaimana penderitaan rakyat. Hal semacam ini juga dirasakan Supriyadi dan kawannya di lingkungan PETA. Mereka kerap melihat sikap congak dan sombong para syidokan yang melatih mereka. Para pelatih juga merendahkan prajurit bumi putra. penderitaan rakyat itulah yang menimbulkan rencana anggota di Blitar untuk melancarkan perlawanan terhadap Jepang. Dalam perlawanan PETA itu direncanakan akan melibatkan rakyat dan kesatuan lainya.
Pada tanggal 29 Februari 1945 dini hari, Supriyadi dan teman - temannya mulai bergerak. Mereka melepaskan tembakan mortir, senapan mesin, dan granat dari daidan, lalu keluar dengan senjata lengkap. Setelah jepang mengetahui penyerbuan itu, jepang langsung mendatangkan semua pasukanya yang di persenjatai dengan tank dan pesawat tempur. pasukan jepang segera menghalau pasukan PETA. tentara jepang mulai menguasai keadaan di Blitar. Pemimpin tentara jepang menyarukan pada anggopta PETA agar semua kembali ke induk persatuan mereka masing - masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar